Harmayani, E., Aprilia, V., Marsono, Y.
Porang (Amorphophallus oncophyllus) is local perennial plant rich in glucomannan. The aim of this study was to extract and characterize glucomannan from porang tuber and to evaluate its potency as prebiotic in vivo. The research consisted of the following steps, i.e. extraction of glucomannan, evaluation of its physico-chemical properties, and in vivo study. Extraction was done by immersing porang fluor with water at 55 °C followed by coagulating glucomannan using ethanol. Solubility, water holding capacity, viscosity, degree of acetylation, degree of polymerization (DP), and purity of the glucomannan were evaluated. In vivo study was done using thirty-two Wistar rats which were divided into four groups. Each group was treated for 14 days with standard AIN 93 (standard), porang glucomannan, commercial konjac glucomannan, and inulin diet as source of fiber. Bacterial population and chemical properties of digesta were analyzed after intervention. The results of the study indicated that the yield of glucomannan from porang flour was 18.05% with 92.69% purity. Compared to commercial glucomannan, porang glucomannan showed higher solubility (86.4%) and degree of acetylation (13.7%), but lower viscosity (5400 cps), WHC (34.5 g/g), and DP (9.4). Diet supplemented with porang glucomannan inhibited the growth of Escherichia coli, enhanced the production of total SCFA, and reduced pH value of cecal content. The study indicated that glucomannan from porang may be used as functional food.
Penelitian ini bertujuan untuk mengekstrak dan menggolongkan umbi porang dan untuk mengevaluasi potensinya sebagai prebiotik in vivo. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu ekstraksi glukomanan, evaluasi kimia-fisiknya, dan mempelajari tentang in vivo. Ekstraksi dilakukan dengan membenamkan tepung porang dalam air pada suhu 55 oC diikuti dengan menggumpalkan glukomanan menggunakan ethanol. Kelarutan, kapasitas air, kekentalan, derajat asetilasi, derajat polimerisasi (DP), dan kemurnian glukomanan dinilai. Mempelajari in vivo dilakukan menggunakan 32 tikus Wistar yang terbagi menjadi 4 kelompok. Tiap kelompoknya diperlakukan selama 14 hari dengan standard AIN 93 (standar), glukomanan porang, glukomanan konjac komersial, dan inulin sebagai sumber serat. Populasi bakteri dan kandungan kimia dari hasil pencernaan dianalisa setelah adanya campur tangan. Hasil dari penelitian ditandai dengan hasil glukomanan dari tepung porang yaitu 18,05% dengan kemurnian 92,69%. Dibandingkan dengan glukomanan komersial, glukomanan porang menunjukkan kelarutan (86,4%) dan derajat asetilasi (13,7%) yang lebih tinggi, tetapi mempunyai kekentalan (5400 cps), WHC (34,5 g/g), dan DP (9,4) yang lebih rendah. Diet dilengkapi dengan glukomanan porang, menghalangi pertumbuhan Escherichia coli, meningkatkan produksi SCFA total, dan mengurangi nilai pH dari kandungan cecal. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa glukomanan dari porang bisa digunakan sebagai pangan fungsional.