Terletak diantara dua benua—Hindia dan Pasifik, jalur transportasi laut yang sangat strategis, berada di wilayah khatulistiwa, negara tropis dengan dua musim tak ayal membuat Indonesia sebagai negara yang makmur dan sangat cocok untuk tumbuh beragam komoditas. Komoditas perikanan, pertanian ataupun sektor yang lain sangatlah banyak dan beragam di Indonesia. Pada bidang agro, komoditas yang memiliki nilai jual tinggi tetapi lemah dalam pengelolaan manajemen salah satunya adalah gula kelapa. Gula kelapa merupakan produk olahan yang berasal dari tandan pohon kelapa (umumnya) yang kemudian dimasak hingga mengental dan dituang pada cetakan lalu ditunggu hingga mengeras. Konsumsi gula kelapa ini pada dahulunya adalah konsumsi pribadi (daily consumption) yang kemudian beranjak kepada penjualan.
Seiring berjalannya waktu sayangnya permintaan pasar gula kelapa ini cenderung menurun dan harganya pun menjadi relatif rendah. Hal tersebut dikarenakan bentuk dan gula kelapa yang lambat larut dalam air apabila digunakan sebagai pemanis minuman. Padahal gula kelapa memiliki tingkat Glycemic Index (GI) sebesar 35 apabila diolah lebih lanjut, jauh dibawah gula putih dan madu yang memiliki kadar GI 85-85 dan 55. Semakin rendah GI pangan, semakin lamban peningkatan glukosa dalam darah yang dihasilkan. Hal itu berarti gula darah menjadi stabil, mencegah penyakit diabetes dan obesitas, pun lebih aman bagi penderita diabetes dan obesitas. Belum lagi harga jual meningkat apabila diolah lebih lanjut. Tentunya hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi para pelaku usaha bisnis maupun petani.
Pengolahan agar memungkinkan gula kelapa menjadi butiran kristal adalah dengan mengurangi kadar airnya, untuk itu diperlukan proses pengeringan. Proses pengeringan ini diharapkan mampu mengurangi kadar air gula kelapa atau yang selanjutnya disebut gula semut menjadi maksimal 3% (standar SNI 01-3743-1995). Hal tersebut bertujuan agar daya simpan gula semut dapat lebih lama dan mencegah proses penggumpalan gula (clumping). Alat pengeringan pada gula semut ini biasanya dengan tray dryer. Permintaan ekspor gula semut ini pun dikatakan tinggi. Koperasi Serba Usaha Jatirogo Kulonprogo pun menuturkan bahwa selama ini permintaan pasar ekspor sebesar 140 ton dan cenderung akan meningkat dengan akan adanya perjanjian ekspor gula semut Canada-Indonesia Trade and Privat Sector Assistance Project. Jadi bukan soal lagi tentang pasar, tinggal meningkatkan kualitas dan kuantitas produk agar potensi gula semut terus berkembang.
Oleh : Arifin Widyatmoko
Sumber Pustaka
Nasrudin, A. (2013). Bunga palm gula kesehatan. Retrieved from Gula palm: http://gulapalm.com/?menu=Alternatif%20Gula%20untuk%20Hidup%20Sehat
Sutarmi. (2016). Antara Yogya. Retrieved from Antara Yogya: https://jogja.antaranews.com/berita/338323/canada-indonesia-tpsa-survei-gula-semut
Gambar: dokumentasi pribadi