Beberapa tahun terakhir ini, beras merah dan hitam semakin populer meskipun beras putih merupakan sumber karbohidrat yang paling sering dikonsumsi. Beras merah dan hitam dapat menjadi makanan alternatif bagi penderita diabetes dan orang-orang yang ingin mengurangi risiko karena indeks glikemik yang rendah. Karena itulah permintaan beras merah dan hitam di Yogyakarta terus meningkat, sementara ketersediaan beras merah dan beras hitam di retail moderen dan pasar tradisional menjadi salah satu penandanya.
Pertumbuhan pasar beras berwarna sendiri sangat dipengaruhi oleh para pelaku yang terlibat di dalamnya. Serangkaian aktivitas bernilai yang dilakukan oleh para pelaku yang terlibat dalam bisnis yang diberikan pada bahan baku hingga menjadi produk dan sampai di tangan konsumen membentuk rantai nilai. Rantai nilai (value chain) adalah serangkaian hubungan aktivitas penciptaan nilai mulai dari bahan mentah sampai dengan tahap pembuangan produk akhir oleh konsumen akhir dan mungkin juga berlanjut sampai dengan daur ulang dan penciptaan value chain yang baru. Jadi value adalah konversi manfaat atau nilai dari produk dalam satuan uang. Semakin tinggi value dari barang dan jasa semakin besar kesediaan seseorang untuk membayarnya. Oleh sebab itu, kunci sukses dalam berkompetisi adalah dengan secara terus menerus membangun value bagi konsumen dengan kata lain, perusahaan harus berorientasi konsumen atau customer center.
Dalam bisnis beras merah dan hitam, ada 5 pelaku yang terlibat, yaitu petani, kelompok tani, asosiasi kelompok tani, distributor, dan pengecer. Kelima pelaku ini membentuk 5 rantai nilai untuk beras merah dan 4 rantai nilai untuk beras hitam. Kegiatan utamanya adalahmenanam padi, memanen, dan menyuling, memilah, mengemas, dan menjual. Kinerja beras berpigmen adalah sebagai berikut: pada rantai nilai beras merah, petani mendapatkan keuntungan tertinggi dalam setiap rantai, kecuali pada rantai yang asosiasi kelompok petani yang terlibat di dalamnya; margin pemasaran terbesar pada rantai yang ada petani – asosiasi kelompok petani – pengecer – pengguna akhir penggunaan. Pada rantai nilai beras hitam, petani mendapatkan untung tertinggi di setiap rantai, kecuali pada rantai yang melibatkan kelompok petani di dalamnya; margin pemasaran terbesar pada rantai yang ada petani – kelompok petani – distributor – pengecer – pengguna akhir penggunaan. Dan kedua rantai nilai dari beras merah dan hitam, pangsa petani tertinggi diperoleh pada rantai yang ada petani – distributor – konsumen pengguna akhir.
Pada kinerja rantai nilai beras merah, petani memperoleh laba tertinggi di setiap rantai, kecuali pada rantai yang gapoktan terlibat di dalamnya sedangkan pada rantai nilai beras hitam, petani memperoleh laba tertinggi di setiap rantai, kecuali pada rantai yang kelompok tani terlibat di dalamnya. Pada kedua rantai nilai, beras merah dan hitam, bagian harga yang diterima petani tertinggi pada rantai petani-distributor.
Referensi:
Anindita, K. P., 2016. Analisis Rantai Nilai Beras Berwarna (Studi Kasus di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta), Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Mildawati, Titik. 2006. Pemberdayaan Koperasi melalui Value Chain untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing. Dalam Jurnal EKUITAS ISSN 1411-0393 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
(Shafira Wuryandani)