Jagung merupakan tanaman kedua yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia setelah padi, sebagai bagian dari famili poaceae jagung penuh dengan karbohidrat dan menjadi bahan pangan utama di beberapa negara dan sebagian kecil daerah di Indonesia. Kadar karbohidrat dari jagung cukup tinggi yaitu 72,4 gram/100 gram jagung dan bila dibandingkan dengan kadar karbohidrat padi sebesar 78,9 gram/100 gram beras maka tidak terdapat perbedaan yang terlalu besar dan dapat dipertimbangkan menjadi bahan penganti beras. Data kadarkarbohidrat dari beberapa bahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data kandungan karbohidrat bahan pangan
Bahan pangan |
Kadar Karbohidrat (gram)* |
Beras giling | 78,9 |
Jagung giling kuning | 72,4 |
Jawawut | 73,4 |
Gaplek | 81,3 |
Havermout | 86,2 |
Katul Beras | 54,6 |
Katul Jagung | 64,5 |
*kandugan per 100 gram bahan
Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY
Dalam proses pembudidayaanya cukup mudah karena persyaratan tumbuh untuk jagung dapat dipenuhi mengingat keberagaman topografi sebagai hasil dari luasnya wilayah Indonesia. Jagung yang siap dipanen akan menjalani serangkaian proses pascapanen. Proses pascapanen meliputi:
-
Pemanenan
Pada proses pemanenan, penentuan umur panen merupakan hal yang perlu diperhitungkan karena bila jagung dipanen sebelum waktu panen akan menyebabkan banyak butir muda yang belum masak terpanen, sehingga kualitas jagung menurun begitu pula dengan daya simpannya juga akan menurun. Sebaliknya bila dipanen melebihi umur panen, jagung akan mengalami degradasi nutrisi yang mengakibatkan kenaikan kehilangan hasil serta ancaman dari tumbuhnya jamur (Aspergillus sp.) dan cendawan dengan tanda-tanda klobot dan atau biji berwarna kehitam-hitaman, putih dan kehijauan [1]. Ciri-ciri jagung yang telah memasuki umur siap panen yaitu a) jagung berumur 7-8 minggu setelah berbunga [2], b)daun dan batang tanaman mulai menguning dan berwarna cokelat pada kadar air 35-40% [1]. Penentuan umur panen juga dapat bervariasi berdasarkan varietas jagung yang ditanam.
Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan jagung meliputi sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung / corn harvester (modern) yang pada tahun 2015 telah mendapat pujian dari Menteri Pertanian dikarenakan dengan menggunakan alat pemanen ini dapat menekan biaya panen hingga 60% [3]. Untuk pemanenan dengan cara konvensional menggunakan sabit terdapat dua tipe pemanenan yaitu jagung tongkol dengan klobot dan pemanenan jagung tongkol tanpa klobot. Pada pemanenan jagung dengan klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40% dan jagung disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik dan dipisahkan dari kelobotnya. Jagung yang sudah bersih kemudian dimasukkan dalam keranjang. Sedangkan untuk jagung tanpa klobot, jagung berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan terlebih dari klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa harus menyabit batang jagung terlebih dahulu.
-
Pengeringan jagung
Jagung yang berasal dari proses pemanenan biasanya memiliki kadar air yang terlalu tinggi dan amat berbahaya pada proses penyimpanan. Pengeringan diperlukan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga aman untuk disimpan. Dengan pengeringan jagung juga lebih mudah untuk dipipil. Pengeringan pada jagung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu a) pengeringan jagung tongkol di lahan, cara ini biasanya digunakan para petani di daerah yang memiliki karakteristik tadah hujan dan kering yang periode perisapan penanaman berikutnya tidak mendesak, b) pengeringan dalam bentuk jagung tongkol, dan c) pengeringan dalam bentuk jagung pipilan [1]. Untuk pengeringan jagung tongkol sendiri terbagi menjadi 2 bentuk yaitu jagung tongkol berkelobot dan jagung tongkol tanpa kelobot, namun perlu diperhatikan bahwa pengeringan jagung tongkol berkelobot tidak dianjurkan karena memakan waktu yang lama dan hasilnya tidak baik.
Dalam pengeringan jagung terdapat dua metode pengeringan yaitu pengeringan dengan cara konvensional yaitu dengan pengeringan sinar matahari langsung dan cara modern dengan menggunakan alat pengeringan khusus jagung contoh bed dryer, recirculation batch dryer, dan continuous mix flow dryer, dan lain sebagainya. Pengeringan jagung dalam bentuk tongkol tanpa kelobot diusahakan mencapai kadar air 17-18% dan pengeringan jagung pipil dilakukan hingga mencapai 14-15%.
-
Pemipilan Butir Jagung
Pemipilan jagung berfungsi untuk memisahkan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan ini dapat dilakukan dengan cara manual dengan tenaga manusia maupun secara mekanis dengan menggunakan mesin pemipil. Pemipilan jagung manual dilakukan dengan tangan, tongkat pemukul, gosrokan, pemipil besi putarm pemipil besi bergerigi dan alat pemipil jagung sederhana lainnya. pemipilan menggunakan tangan oleh seorang wanita dewasa menghasilkan 2-9 kg biji jagung per jam tergantung dari keahliannya. Cara memipil dengan tangan adalah jagung tongkol dipegang dengan tangan kiri. Kemudian dengan tangan kanan biji jagung dilepas dari janggelnya, gunakan ibu jari untuk menekan dan mendorong jagung.
Gambar 1. Pemipilan dengan menggunakan tangan
(Sumber : Haryoto, 1995)
Alat pemipil TPI juga dapat digunakan untuk memipil jagung secara manual. Alat yang sederhana terbuat dari papan kayu dengan ketebalan 3 cm. Penggunaan alat ini adalah jagung tongkol dipegang dengan tangan kiri dan alat pemipil dengan tangan kanan. Jagung didorong masuk ke alat lalu alat pemipil diputar. Dengan alat ini dapat dihasilkan 12-15 kg biji jagung per jam per orang. Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan keseeragaman besar jagung tongkol untuk mengurangi angka kerusakan butir jagung [4].
Gambar 2. Alat pemipil jagung tipe TPI
(Sumber : Haryoto, 1995)
Sedangkan alat pemipil jagung mekanis (corn sheller) memiliki banyak variasi disesuaikan dengan kapasitas pengolahan yang diinginkan dan faktor-faktor lainnya.
4.Sortasi dan Pembersihan
Sortasi dilakukan untuk mendapatkan bahan dengan kualitas yang seragam dan mengelompokkan bahan dengan kualitas yang sama. Sortasi jagung memisahkan biji jagung sehat (baik) dari biji-biji pecah, rusak, dan hampa serta untuk menyeragamkan ukuran butirannya. Proses pembersihan bertujuan untuk membersihkan butiran jagung dari kotoran seperti sisa tongkol, seresah, dan kotoran-kotoran lainnya. proses sortasi dan pembersihan dapat dilakukan dengan cara manual (konvensional) menggunakan tangan dan peralatan sederhana atau dengan menggunakan cara mekanis yaitu menggunakan alat dan mesin pertanian. Secara manual sortasi dan pembersihan pipilan jagung dapat dilakukan dengan cara : a) menggunakan tangan untuk memilih dan memisahkan jagung yang rusak, pecah, hampa, dan kotoran-kotoran yang terbawa, b) menggunakan ayakan, jagung diayak sehingga kotoran dan jagung yang berukuran kecil akan jatuh dan terpisah sesuai ukurannya.
Sedangkan untuk cara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan blower/winowwer. Prinsip kerja blower/winowwer adalah menghembuskan udara pada pipilan jagung sehingga kotoran-kotoran, jagung berukuran kecil, dan hampa akan terpisah satu sama lain.
5. Penyimpanan dan Pengemasan
Setelah butir jagung bersih dan memiliki kadar air yang sesuai untuk proses penyimpanan maka proses selanjutnya adalah penyimpanan. Tujuan dari penyimpanan adalah untuk menjaga kualitas yang dimiliki oleh biji-bijian, kualitas dari bijian tidak dapat ditingkatkan selama proses penyimpanan sehingga menjaga agar kualitas butir jagung baik harus dilakukan dari awal proses pascapanen. Tak dipungkiri kerusakan bijian akan terjadi selama proses penyimpanan apalagi jagung adalah bahan biologis yang mengalami proses metabolisme dan kadar air, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Terdapat beberapa faktor penyebab kerusakan bijian, salah satunya adalah jamur, serangga, tikus, respirasi bijian, dan migrasi air.
Penyimpanan pada jagung terbagi menjadi 2 metode yaitu penyimpanan dalam karung dan penyimpanan curah. Secara umum kelebihan serta kekurangan dari kedua metode tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Namun perlu diperhatikan kedua metode ini aman selama dalam pelaksanaannya semua sesuai dengan aturan.
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode penyimpanan jagung
No. | Dalam karung | Curah |
1 | Fleksibel | Tidak fleksibel |
2 | Sebagian dapat ditangani secara mekanis | Dapat ditangani secara mekanis seluruhnya |
3 | Penanganan lambat | Penanganan cepat |
4 | Tumpahan banyak | Tumpahan sedikit |
5 | Modal rendah | Modal besar |
6 | Biaya oprasi tinggi | Biaya operasi rendah |
7 | Potensi kehilangan karena hama tikus tinggi | Potensi kehilangan karena hama tikus rendah |
8 | Pengulangan serangan hama dapat terjadi | Perlindungan terhadap serangan hama kembali lebih baik |
Setelah menentukan metode penyimpanan yang digunakan, perawatan perlu dilakukan untuk menjaga agar butir jagung tidak terserang hama dan penyakit selama proses penyimpanan. Perawatan yang dapat dilakukan meliputi aerasi dan fumigasi. Aerasi adalah pengaliran udara kedalam ruang simpan untuk menjaga kelembaban dan temperatur ruang simpan, kemudian fumigasi adalah pemberian obat dalam bentuk gas (asap) ke dalam ruang simpan untuk memberantas hama.
Syarat udara untuk aerasi adalah suhu udara rendah (dingin) dan kelembabannya juga rendah (kering). Aerasi akan menghilangkan panas, bau apek, dan uap air sehingga potensi terserang hama dan penyakit berkurang. Aerasi juga berfungsi untuk mencegah perkecambahan serta mengurangi pemakaian bahan kimia. Selanjutnya untuk fumigasi, jenis pestisida yang digunakan untuk pemberantasan hama dan serangga haruslah memenuhi syarat berikut ini [5]: a) efektif pada cara pengunaan yang ekonomis, b) tidak meninggalkan residu yang melebihi batas maksimum (MRL), c) tidak mempengaruhi kualitas, rasa, dan bau bahan pangan; dan d) tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat. Sebagai contoh BULOG menggunakan gas metil bromida dan phosphine sebagai bahan fumigasi gudang penyimpanannya.
Ketika semua proses pascapanen dari jagung diatas sudah terlaksana maka jagung dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama dan kualitas yang tidak jauh berkurang dari awal proses pemanenan. Diharapkan kedepannya akan lebih banyak teknologi yang diterapkan pada bidang pertanian yang akan memudahkan para petani untuk mengambil hasil dari lahannya dan meningkatkan nilai tambah dari hasil panen yang didapatkannya.
Berikut ini video mengenai teknologi pengerignan jagung secara modern dengan menggunakan pengering tipe bed dryer. Dengan menggunakan mesin ini diharapkan kekurangan dari pengeringan konvensional.
Referensi :
[1] Sudarti & Turang, A. C. 2015. Penanganan Pasca Panen Jagung. Diakses pada 4 September 2017 pada http://sulut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=630&Itemid=76.
[2] Hidayat, Y. Y. 2017. Penanganan Pasca Panen Jagung. Diakses pada 4 September 2017 pada http://nuansatani.com/penanganan-pasca-panen-jagung/
[3] Kurnianto, M. 2016. Menteri Amran Kagum Inovasi Alat Pemanen Jagung. Diakses pada 4 September 2017 pada https://m.tempo.co/read/news/2016/06/23/061782497/menteri-amran-kagum-inovasi-alat-pemanen-jagung.
[4] Haryoto, 1995.Membuat Alat Pemipil Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
[5] Sidik, M. & Halid, H. 1983. Sistem Penyimpanan dan Perawatan Kualitas Bahan Pangan di Bidang Urusan Logistik.