Membahas tentang fermented food asli dari Indonesia tentu tidak akan ada habisnya. Jenisnya yang banyak menjadikan fermented food Indonesia menjadi topik yang menarik untuk diteliti dan dibahas, terutama pada makanan tradisional berbasis fermentasi. Kebanyakan makanan fermentasi pada awal mulanya adalah makanan tradisional. Demi menjunjung kearifan pangan lokal, kali ini kita akan membahas sebuah makanan tradisional dengan rasa unik bernama “Tapai”.
Tapai atau Fermented Cassava merupakan makanan tradisional yang berasal dari Parahiyangan, Jawa Barat. Di Sunda, orang-orang biasa menyebut makanan tradisional ini dengan nama “Peyeum”. Proses pembutannya memakan waktu yang cukup lama, biasanya proses fermentasi memakan waktu 2-3 hari. Kualitas fermentasi yang bagus ditentukan oleh rasa yang manis, sedikit asam, serta terbentuknya aroma khas tape (Aryanta, 2000).
Peyeum merupakan produk hasil fermentasi ketela/ubi kayu (Manihot utilisima) dengan rasa asam-manis dan aroma alkohol yang ringan. Rasa khas yang terbentuk selama proses fermentasi berupa “Sour but Sweet” yang disebabkan oleh banyaknya kandungan asam yang ada di dalam ketela. Uniknya, rasa ini mungkin tidak akan kamu temukan pada jenis makanan lainnya.
Bagi sebagian orang, Tapai sedikit tidak popular karena rasa dan aromanya yang unik tersebut. Namun jika dikaji lebih dalam tapai memiliki beberapa keunggulan diantaranya memiliki kemampuan dalam mengikat senyawa aflatoksin di dalam tubuh.
Seperti yang kita ketahui bersama aflatoksin merupakan racun yang dihasilkan oleh beberapa jenis jamur yang biasanya berasal dari makanan berbasis kacang-kacangan. Jadi, ketika kita mengkonsumsi Tapai otomatis kandungan aflatoksin yang menjadi zat toksik bagi tubuh akan tereduksi. Selain itu, kandungan vitamin B12 yang ada pada ketela meningkat selama proses fermentasi. Dimana vitamin B12 sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi sel darah merah, sehingga Tapai bagus dikonsumsi oleh penderita anemia.
Di Indonesia, Tapai biasanya disajikan sebagai hidangan penutup. Tapai sering dicampur dengan sirup pada es buah, es cendol, atau es krim. Tapai juga biasa dijadikan sebagai makanan ringan yakni jajanan pada gorengan yang disebut dengan tape goreng. Mengkonsumsi Tapai dapat meningkatkan kelancaran sistem pencernaan. Bagi yang sering mengalami sembelit atau konstipasi, Tapai dapat dijadikan sebagai alternatif sumber probiotik alami dalam menu dietnya.
Proses fermentasi menyebabkan kandungan probiotik dan Bakteri Asam Laktat (BAL) pada Tapai meningkat. Tentu saja jika dikonsumsi secara bersamaan keberadaan probiotik dan BAL tersebut akan meningkatkan sistem pencernaan di dalam tubuh. Kurang lebih terdapat 1 juta/gram BAL yang terkandung dalam tapai. Probiotik dapat dengan mudah membunuh bakteri jahat dalam sistem pencernaan sehingga bakteri baik dapat bekerja dengan leluasa.
Dengan sistem pencernaan yang baik dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena kandungan racun pada tubuh tereduksi dengan baik. Mengkonsumsi tapai dalam porsi tertentu setiap harinya merupakan cara yang efektif dan efisien untuk mengeluarkan sisa racun dari dalam tubuh serta melancarkan sistem sekresi, khusunya bagi yang sering berhadapan dengan masalah konstipasi.
Selain ikut meningkatkan kearifan pangan lokal, harga Tapai juga murah meriah dan tidak menguras ‘kocek’. Jika tidak suka mengkonsumsi Tapai secara langsung, kamu bisa mencampurnya dengan makanan lainnya, seperti dibuat dalam bentuk minuman atau dibuat dalam bentuk cake.
Berbagai kreasi jenis resep makanan dengan kandungan Tapai di dalamnya telah banyak tersedia. Kita sebagai manusia zaman now bisa dengan mudah mengaksesnya dan mencoba resep tersebut di rumah. Setidaknya, meski dibuat dalam wujud yang berbeda kandungan Tapai pada makanan tersebut tetap memberikan solusi bagi masalah kesehatan.
# Gambar : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/ba/Tapai_peuyeum_Pasar_Baru.JPG/640px-Tapai_peuyeum_Pasar_Baru.JPG