Ditulis oleh: Umar Santoso*
Tanaman kelapa dijuluki “tanaman kehidupan” (The Tree of Life) karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Di Indonesia, kelapa merupakan hasil perkebunan penting karena menghidupi jutaan penduduk sehingga menjadi kekayaan negeri yang sangat berharga. Kelapa merupakan komoditas sosial maupun ekonomi, dengan demikian jika terjadi perubahan harga komoditas tersebut maka akan secara langsung mempengaruhi tingkat hidup dan kehidupan petaninya.
Sebagai negara tropis Indonesia memiliki potensi tinggi produksi kelapa. Luas areal tanaman kelapa mencapai 3.654.478 Ha dengan total produksi sekitar 3.051.585 ton (DitJenbun, 2014), dari luasan tersebut sekitar 99% diusahakan oleh petani rakyat. Komoditas kelapa di samping dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri sebagian diekspor yang akan mendatangkan devisa sehingga komoditas ini dapat dijadikan salah satu sumber perekonomian nasional.
Diversifikasi produk
Selama ini kelapa sebagian besar diolah menjadi kopra untuk bahan dasar minyak kelapa. Sebagai minyak goreng, minyak kelapa posisinya saat ini cenderung melemah dalam perdagangan dalam negeri maupun di pasar global, karena minyak tropis ini tersaingi oleh minyak kedelai, jagung dan canola oil. Di dalam negeri minyak kelapa terdesak oleh minyak sawit yang lebih tinggi produktivitasnya dan lebih murah harganya. Di lain hal, di dalam negeri permintaan kelapa segar untuk konsumsi langsung terus meningkat sehingga mempengaruhi perannya sebagai bahan dasar minyak goreng asal kelapa. Menurut data, akhir-akhir ini volume ekspor produk kelapa terutama minyak dan bungkil kopra cenderung menurun. Sebagai contoh, volume ekspor kelapa pada tahun 2012 tercatat 1.651.624 ton dengan nilai US$ 1.245.284, pada tahun 2013 turun menjadi 1.295.442 ton dengan nilai US$ 762.413 (DitJenbun, 2014).
Dengan kondisi yang kurang kondusif seperti di atas maka untuk meningkatkan nilai ekonomi kelapa, kiat yang dapat ditempuh di samping meningkatkan pengelolaan budidayanya (on-farm) adalah dengan melakukan penganeka-ragaman dan peningkatan mutu produk-produk turunan kelapa. Di samping itu juga dengan melakukan pengembangan pemanfaatan hasil samping termasuk sabut, tempurung, air kelapa, dan lain-lain.
Menurut Arancon, R. N. (1999), produk-produk alternatif (selain minyak) dari kelapa dengan added-value tinggi dan berprospek di pasar global ada 12 macam, lima di antaranya adalah [1] kelapa parut kering (desiccated coconut), [2] santan maupun coconut cream kalengan, [3] santan bubuk, [4] kelapa muda segar, dan [5] air kelapa; produk-produk tersebut kompetitif dengan kopra. Enam macam produk lain adalah [1] nata de coco, [2] sabut kelapa, [3] produk-produk serat, [4] fiber dust, [5] arang tempurung, dan [6] karbon aktif. Satu produk yang lain adalah kelapa kopyor (makapuno – di Filipina), yaitu kelapa “abnormal” yang tak dapat digunakan untuk kopra tetapi dapat dijadikan bahan minuman atau produk dessert yang berharga tinggi. Komposisi kimia kelapa kopyor baik bagian daging maupun airnya telah diteliti (Santoso, 1995).
Dengan pengolahan dan pemasaran yang baik, produk kelapa parut kering (desiccated coconut, DCN) dapat memberikan income per hektar lebih tinggi dibanding kopra, sementara hasil-hasil samping yang lain juga dapat memberikan tambahan income yang baik. Karena itu perlu diterapkan pengolahan terpadu untuk dapat meningkatkan pendapatan baik bagi petani kelapa maupun industrinya. DCN adalah produk yang diproses secara higienis dari daging kelapa tua yang diparut atau dipotong-potong dan dikeringkan sehingga kadar airnya sekitar 2,5 – 3%. Permintaan DCN di luar negeri cukup tinggi, umumnya digunakan di industri bakery dan confectionary sebagai bahan cake, biscuit, cake filling, icing, permen, pudding, es krim, dan makanan-makanan lain.
Produk-produk alternatif selain yang disebutkan Arancon, R.N, (dari Asian and Pacific Coconut Community, APCC) tersebut, menurut penulis paling tidak ada dua produk lagi yang berprospek baik dan bernilai-tambah tinggi yaitu Virgin Coconut Oil (VCO) dan gula kelapa (coconut sugar). Ada kecenderungan permintaan yang meningkat terhadap virgin coconut oil (VCO) beberapa tahun terakhir ini. VCO adalah minyak kelapa yang diproses dari daging kelapa tua dengan tidak menggunakan panas dan bahan kimia, umumnya dimanfaatkan di bidang kesehatan.
Daging kelapa di samping luas digunakan sebagai bahan pembuatan santan untuk berbagai kuliner juga dapat diolah langsung untuk macam-macam snack-foods. Pengembangan industri oleokimia dalam negeri juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai ekonomi kelapa. Di industri oleokimia minyak kelapa digunakan untuk menghasilkan asam-asam lemak, gliserin, metil ester asam lemak, monoasil gliserol (MAG), diasil gliserol (DAG), ester-ester gula dan lain-lain, bahan-bahan tersebut dibutuhkan dalam bidang pangan, obat-obatan dan kosmetik termasuk personal care seperti sabun mandi, pasta gigi, shampoo dan sebagainya. Dengan mengembangkan menjadi produk-produk oleokimia maka nilai tambah minyak kelapa akan lebih meningkat.
*) Prof. Dr. Ir. Umar Santoso – Dosen Departemen TPHP FTP UGM