Produk pertanian merupakan produk yang bersifat mudah rusak sehingga membutuhkan perhatian khusus mulai dari aktivitas produksi hingga ke aktivitas pengiriman kepada konsumen. Selama dalam proses pengiriman, produk pertanian sangat rentan mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun biologi karena dipengaruhi banyak hal seperti alat transportasi yang digunakan, kemasannya, suhu, kondisi jalan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah teknologi yang dapat secara cepat merespon dan mengirimkan informasi apabila terjadi suatu perubahan. Solusi yang ditawarkan adalah dengan penerapan Radio Frequency Identification (RFID) di supply chain produk pertanian.
RFID merupakan suatu teknologi pengambilan data secara elektronik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, melacak, dan menyimpan informasi secara otomatis. Informasi tersebut akan tersimpan dalam tag dengan menggunakan gelombang radio. RFID akan memanfaatkan frekuensi radio untuk membantu membaca informasi yang berasal dari transmitter responder atau tag. RFID ini adalah pengembangan dari teknologi barcode yang mampu memberikan informasi lebih detail pada suatu produk dan dapat diintegrasikan pada database [1][2]. Informasi tersebut dapat secara langsung diintegrasikan pada database, misalnya: memberikan informasi terkait produk (spesifikasi, status produk, dan kuantitas), informasi isi produk, dan informasi pengendalian persediaan [2]. RFID adalah salah satu inovasi yang membuat sistem menjadi lebih mudah dan aman serta menyediakan proses entri, penyimpanan, serta penyebaran data yang cepat [3]. Penggunaan RFID bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas, pengendalian dan pengawasan, serta meningkatkan mobilitas suatu produk [1].
Tag merupakan komponen utama RFID yang berbentuk sebuah label identifikasi yang berisi potongan-potongan informasi yang dapat diprogram dan dikendalikan komputer tanpa harus membutuhkan direct line of sight seperti yang dimiliki barcode. Adanya tag ini memuat informasi yang dapat membantu pelacakan keberadaan sebuah produk[2]. RFID memiliki dua tipe yaitu active tag dan passive tag seperti yang terlihat pada Gambar 1. Active tag membutuhkan baterai untuk berkomunikasi dengan pembaca dan menjaga informasi, serta untuk mengirimkan energi yang berfungsi untuk menjalankan microchip. Sementara passive tag tidak membutuhkan sumber energi sehingga membutuhkan energi dari pembaca. Pembaca akan mengirimkan radio signal ke antenanya dan kemudian tag akan menerima signal dengan antenanya. Active tag menggunakan frekuensi tinggi untuk dapat mentransmisikan data dengan jarak jauh sedangkan passive tag menggunakan frekuensi rendah untuk mentransmisikan data dengan jarak dekat [4] [5] [1].
Pada beberapa penelitian terdahulu terkait RFID, diketahui bahwa penerapan RFID dalam SCM mampu memperbaiki kinerja perusahaan dengan meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi (biaya dan waktu) serta memberikan keuntungan atas investasi yang dilakukan [1] [2]. Oleh karena itu, diharapkan pada era industri 4.0, Indonesia dapat terus memperbaiki kinerja SCM khususnya produk pertanian yang salah satu caranya yaitu melalui penerapan RFID. SCM yang lebih baik (efektif dan efisien) akan ditandai dengan adanya pergerakan aliran produk pertanian, informasi, dan finansial yang berjalan lancar sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen karena produk tersebut dapat sampai tepat waktu dan tempatnya, serta dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan spesifikasi yang diminta.
Daftar Pustaka:
[1] Kurniawan, D.A. 2015. Analisis Penerapan RFID untuk Menurunkan Biaya Logistik. Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda 13(1): 11-20.
[2] Tritularsih, Y., dan Sutopo, W. 2018. Analisis Pemanfaatan RFID terhadap Efisiensi Biaya dalam Global Supply Chain Management. Jurnal Rekayasa Sistem Industri 7(10: 47-54.
[3] Yuksel, M.E., dan Yuksel, A.S. 2011. RFID Technology in Business System and Supply Chain Management. Journal of Economic and Social Studies 1(1): 53-71.
[4] Domdouzis, K., kumar, B., Anumba, C. 2007. Radio Frequency Identification (RFID) Application: A Brief Introduction. Advance Engineering Informatics 21: 350-355.
[5] Robert, C. M. 2006. Radio Frequency Identification (RFID). Computer & Security 25: 18-26.
[6] Dogan, H., Caglar, M.F., Yavuz, M., dan Gozel, M.A. 2016. Use of Radio Frequency Identification System on Animal Monitoring.SDU International Journal of Technological Science 8(2): 38-53.
Penulis: Teny Sylvia