Sistem manajemen rantai pasok yang dikenal sejak tahun 2000-an merupakan sistem manajemen rantai pasok yang tersentral. Sistem ini memiliki kelemahan. Masalah kepercayaan seperti adanya korupsi dan informasi yang tidak semestinya membuat sistem rantai pasok tidak berjalan sebagaimana direncanakan. Sistem ini tidak bisa menyajikan data secara real time. Data yang dikirimkan akan memakan waktu untuk mengolah dan menyajikannya.
Alternatif baru yang kini digunakan adalah teknologi blockchain. Blockchain adalah ledger besar yang terdesentralisasi dan terdistribusi yang menyimpan catatan transaksi digital sedemikian rupa sehingga membuatnya dapat diakses dan terlihat oleh banyak anggota dalam jaringan yang terjaga keamanannya. Karena blockchain adalah basis data terdesentralisasi, tidak ada yang mengatur atau memilikinya, dan setelah data diunggah ke blockchain, data tersebut tidak dapat diubah sehingga data tidak dapat dirusak atau dipalsukan.
Teknologi Blockchain memberikan peluang untuk secara transformasi meningkatkan operasi rantai pasokan pertanian. Potensi manfaat berlimpah untuk semua pelaku rantai pasok, mulai dari produsen skala kecil sampai perantara (termasuk pengolah, distributor dan lainnya) hingga konsumen akhir. Dalam bidang pertanian, blockchain dapat diaplikasikan untuk melakukan tracking dan tracing asal produk pertanian. Blockchain juga dapat digunakan untuk mengakses berbagai informasi yang selama ini sulit didapatkan karena berbagai alasan.
Salah satu penelitian di India (Kumar & Iyengar, 2017)menghasilkan usulan skenario blockchain pada rantai pasok beras. Skenario yang disusun menunjukkan bagaimana sistem terdesentralisasi berdasarkan teknologi blockchain menjamin keamanan produk dalam manajemen rantai pasok dan membantu dalam meningkatkan efisiensi rantai pasokan beras dengan menyediakan sistem penelusuran yang merekam semua peristiwa yang terjadi dalam pasokan beras rantai dan monitor keamanan dan kualitas beras. Karena keamanan pangan adalah perhatian utama setiap individu, teknologi blockchain diharapkan digunakan oleh setiap rantai pasok makanan yang menjamin pengiriman produk berkualitas kepada publik.
Penelitian lain di Jepang (Lin, et al., 2017) memanfaatkan penggunaan blockchain yang dipadukan dengan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Model tersebut disusun untuk menciptakan e-agriculture. Sistem e-pertanian ICT dengan teknologi blockchain diusulkan untuk digunakan pada skala lokal dan regional. Penelitian ini memanfaatkan kedua hal tersebut untuk melacak produk pertanian. Tidak hanya mengenai darimana asal produk pertanian tersebut, tetapi juga bisa mengetahui informasi on farm seperti informasi ketersediaan pupuk, jenis pupuk yang digunakan, waktu pemanenan, dan lain-lain. Bahkan bila digunakan untuk wilayah pertanian yang luas, yang menggunakan sumber air yang sama, teknologi ini akan dapat mendeteksi sumber cemaran air bila terjadi polusi air yang menyebabkan gagal panen.
Implementasi teknologi blockchain di bidang pertanian masih bersifat awal dan belum diimplementasikan dalam skala besar. Beberapa pendapat menyatakan implementasi ini membutuhkan biaya investasi dan eksplorasi yang lebih besar. Namun sejauh ini, banyak pendapat menyatakan bahwa teknologi blockchain dapat memberikan efek transformasional pada rantai pasokan pertanian. Penelitian mengenai implementasi teknologi blockchain di bidang pertanian masih sangat sedikit dan dapat dijadikan topik yang bagus bila dilakukan untuk kasus pertanian di Indonesia.
Referensi
Brand, N., 2018. Blockchain for Agriculture: Improving Supply Chain Efficiency and Access to Finance for Smallholder Farmers. Dalam: https://nextbillion.net/blockchain-for-agriculture/ [Accessed 17 Oktober 2018].
Kumar, M. V. & Iyengar, D. N. C. S. N., 2017. A Framework for Blockchain Technology in Rice Supply Chain Management. Advanced Science and Technology Letters, Volume 146.
Lin, Y.-P.et al., 2017. Blockchain: The Evolutionary Next Step for ICT E-Agriculture. Environments.
Sumber Gambar: https://cdn-images-1.medium.com/max/1600/0*ar1tXAjt_q5E_Bpj
Penulis: Shafira Wuryandani